Es Goyang, Kenalan sambil Filosofi-an dan Menikmati Es Potong Bersama yang Tersayang

 


Mengobati rasa rindu jaman SD dapat dilakukan dengan berbagai cara. Selain reuni tahunan yang “nggak” gitu-gitu amat terealisasikan, chat di grup WhatsApp meski hanya berkirim stiker menjadi andalan, yah meski ramenya sekali sepinya tahunan.  Setelah dua cara yang tak kunjung terobati, beralihlah dengan kulineran. 

Bicara soal kulineran, menu apa yang ingin Anda nikmati saat ini? Tentu banyak sekali list makanan jaman SD yang sangat dinantikan tapi sudah jarang ditemukan.

Meski kini ‘wajah’ kantin sekolah sudah tak berpenghuni dikarenakan pandemi Covid-19 yang tak kunjung lenyap dari peredaran bumi. Menu jaman SD ternyata banyak yang ‘ngangenin’. Ketemulah dengan sate aci, leker, rambut nenek, mie lidi, hingga olahan telur berbagai versi dari gulung, telur bihun, sampai ‘mata dewa’ pun sudah saya coba.

Suatu ketika lewatlah penjual es yang khas dengan suara “klintingnya” dan ketemulah dengan es goyang satu ini. Ternyata di jaman ‘take away’ dan ‘dine in’, penjual es goyang keliling masih ada. Panggil saja pak Zaenal, pedagang yang menjajakan es goyang dengan gayanya yang nyentrik.



Es goyang yang dijualnya memiliki beberapa varian rasa, coklat, strawberry, melon, dan ketan hitam. Seketika semangatlah untuk membeli, kebetulan total anggota keluarga ada 10 orang, diboronglah es dengan aneka rasa tersebut.

Sudah berapa tahun berjualan, Pak?” tanyaku.
Baru, baru 11 tahun, “ucapnya santai.

Menurut beliau 11 tahun adalah waktu singkat untuk mengembara. Sebelumnya Pak Zaenal sendiri bercerita bahwa beliau berasal dari Mojokerto yang kemudian menikah di Pare.

Total berapa pak?” ucapku.
40 ribu saja, buat perkenalan,” jawabnya sambil tersenyum.



Perkenalan singkat dan penuh makna. Setelah mengucapkan terima kasih padanya, lalu lanjut bagi-bagi es dan menikmatinya bersama yang tersayang, eaakkk.***




Komentar

Postingan Populer